Terdiam
tubuh ini ketika melihat sudut jalan yang gelap, kusam, dan menyeramkan. Kaki
ini berjalan perlahan melangkah munuju tempat itu seakan hati berbisik
“singgahlah disana lihaltlah sisi kegelapan dihatimu jadikanlah tempat itu menjadi terang, bersih,
dan nyaman untuk disinggahi kembali.
Seperti
itulah analogi apa yang sekarang aku alami, melawan diri sendiri, berjalan
tanpa alas, berpikir tanpa akal, dan ketakutan tanpa keberanian. Jeritan teriakan yang semakin memuncak karna
penyesalan, merubah srigala yang ada dalam diri ini menjadi jinak, aku terus
melawan dan bertahan tanpa menyerang.
menyerah aku, terjatuh aku, kegelapan yang kelam telah memaksaku terbuang dari
sisi kehidupan yang menyenangkan.
Pagi tetap
gelap bagiku, matahari seakan tak ingin menyinari tubuh yang penuh dengan
noda-noda kotor ini. Meminta kata demi kata, mencari makna demi makna, menempuh
jalan demi jalan, walaupun itu bisa membuatku bangkit dari semua penyiksaan
ini, tidak semudah mereka berkata, tidak semudah mereka mencari jalan kemana
aku harus pergi, siapa yang mampu mengembalikan jalan terangku kembali, dan
kapan aku akan mati.
Kesendirian,
kesedihan, dan kegelisahan ini akan terus bersanding disisi kegelapan hati, mengaharapkan
belaskasih, mencoba melawan, mendobrak semua ketakutan sudah kulakukan. Seperti
sakit yang tak bisa disembuhkan, dan seperti dendam yang tak bisa dimaafkan.
Merelakan apa yang sudah hilang, melepaskan kesakitan yang teramat dalam, dan
membuang semua hikayat yang sudah aku buat.
Tak lama
aku sendiri, tak sadar dengan apa yg telah terjadi, bayang ilusi
menghanyutkanku kedalam kesedihan, semakin buta mata ini, semakin mati rasa
ini, aku hanya bisa mengeluarkan air mata yang sia-sia aku buang. Kupandangi
lantai yang kotor penuh debu, berkarat, semakin ternoda aku olehnya, lelah
rasanya menjerit tanpa suara, terusir rasanya ketika tak ada seorangpun yang
ingin mendekat.
Aku
terjatuh, , ternoda, tertipu oleh dunia fana, menyesatkan dan memaksaku berdiam
ditempat yang menyeramkan untuk melawan semua ketakutan, menundukan kepala dan
meneteskan air mata ditempat itu, menahan bisikan-bisikan dari dunia khayalan.
Meringis kesakitan, begitu sesak didada haruskah aku menyerah dan mati ditempat
seperti ini, terkurung dalam diriku sendiri, kekuatan hatipun terasa mati tak
berdaya. Keluarkan aku, selamatkan aku, sembukan aku, dan kembalikan diriku yg
sebenarnya.
“SUMPAHKU” – Berbuat dengan jiwa, berjalan
dengan keberanian, berpikir dengan hati, bawalah aku kedalam sanubari yg suci
dimana tempatku berada. Kembalikan jiwaku yang hilang, berkorban hanya untuk
kebaikan, mengalah karna tak ingin menyesal, dan bersabar karna tak ingin salah
mengambil keputusan.