Kamis, 20 Agustus 2015

Melawan diri sendiri.

Hati terasa bisu...
mulut seakan tak bisa berbicara...
dan kaki terasa tak bisa melangkah...


itulah yang aku hadapi saat ini, semuanya hanya kehampaan, kekosongan seakan masa depanku semakin gelap, kusam belum jelas mana yang semestinya aku rapihkan. merasakan seperti terbuang dari keramaian yang penuh tawaan, ketika kelompok mereka saling memaki akulah salah satu dari kelompok yang terus dimaki, dicampakan, dan dihinakan.

berapa lama lagi aku harus bersabar hanya bisa bertahan dengan situsi seperti ini. aku muak dengan keadaan ini, semakin tak bisa menyangkal aku olehnya, apa yang seharusnya aku lakukan mungkin semua orang akan bilang "Mati adalah salah satu jalan terbaiknya" agar pederitaanmu berkahir didunia fana ini.

semestinya aku bisa membeli semua yang seharusnya akubeli, dan tidak menjual apa yang tak semetinya aku jual, tapi semua pilihan yang aku pilih terus memakan korban, kejamnya semua tindakan yang pernah ku lakukan sehingga saat ini aku harus menerima boomerang yang berputar kencang dikehidupanku.
mengelak dan terus mencari sebuah alasan untuk menutupi semuanya, aku semakin terkurung didalam sangkar diriku sendiri, melawan hati yang sudah tak bisa merasakan kesenangan lagi.

Aku hanya ingin melihat mamah tersenyum ketika aku menghasilkan sesuatu yang berguna.

Jumat, 14 Agustus 2015

Uanglah Penyebabnya !


Berawal dari sebuah ambisi, tekad yang keras, aku memutuskan pilihan sulit dan rumit yang menghilangkan gairah hidupku nanti. aku korbankan semua perasaan, menguras pikiran, dan menyiksaku secara perlahan-lahan. menghadapi ini sendirian keterpasaan aku lakukan mencoba lebih tegar dengan situasi ini tapi tidak akan bertahan lama kondisi semakin rumit, tak kuasa aku, harus kuhadapi ini karna kertas yang tak ada artinya jika dibandingkan dengan kebahagiaan yg semestiya aku dapatkan dengan usaha yang sungguh-sungguh. Uanglah Penyebabnya ! karna itu aku pergi kehilangan jalanku, memusnahkan semua kebahagiaanku, menjauhi semua orang yang aku sayangi, uanglah yang memaksaku untuk melakukan sebuah kesalahan. disitulah aku berada tertatih rasanya tak bisa melihat apa yang seharusnya aku lihat, seperti cerobong yang tak ada ujungnya gelap, tak ada cahaya sedikitpun.

aku ceroboh, aku bodoh, aku buta oleh uang ! mereka yang selama ini menganggapku karna untuk uang, menghargaiku karna uang, ada apa ini sampai saat ini aku belum ngerti sehebat itukah selembar uang yang bisa membuat kita lupa akan kehidupan yang layak dan menikmati itu tanpa ada rasa kegelisahan karna uang. semua orang takut jika mereka tak punya uang, takut karna harus jatuh miskin, takut karna harus sendiri yang tak pernah dihargai oleh orang sekitar, aku merasakan seperti itu !
sisi kehidupan ini bisa hidup karna uang ! mereka butuh alat penenang untuk menjawabnya, aku terus mencari apa perlu kebahagiaan itu dibeli dengan uang, apa selama ada uang kita bisa bahagia selamanya. tapi yang aku rasakan saat ini, uang melupakan segalanya, lupa akan kerabat, lupa akan saudara, lupa akan naluri yang sederhana melakukan apa yang mampu kita lakukan, dan lupa akan diri sendiri.
uang seperti senjata mematikan bagi akal sehat, ketika ada uang nafsu berbicara dan terus berbisik "Nikmatilah, lupakan dunia pedihmu, bersenang-senanglah dan lakukan semaumu"



Sempat aku ingin menjual ginjal organ penting dalam tubuhku karna demi uang dan melakukan hal-hal yang tak logis karna sebatas nafsu panas yang menggejolak, inilah yang disebut dengan dunia fana jika semakin terhanyut dan terbuai oleh dunia yang tak abisnya dengan ego, prilaku yang ingin dipandang, dan kasta yg tertinggi untuk selalu dihargai. atas dasar apa ini semua ! pada akhirnya aku putuskan dan membuat kesimpulan, untuk saat ini dan seterusnya akan ku lakukan bukan semata karna uang, bukan semata karna ingin dipandang tapi melihat sisi yang berbeda dari uang, aku ini adalah uang yang berwujud manusia, artinya jika mereka menganggap uang itu adalah alat untuk mendapatkan kebahagiaan, biarkan aku yang menjadi uang tersebut. "memberikan kebahagiaan dan kesempatan bagi orang yang belum dapat kebahagiaanya"

Adam S. Mubarak

Kamis, 13 Agustus 2015

Who Am I ?



Aku lahir pada tanggal 08 Feb1997 tepatnya hari rabu malam pukul 20.00 WIB. suara tangisan keras terdengar, merasakan pelukan hangat dari seoarang wanita  yang luar biasa (Mamah)  berjuang untuk membebaskan sosok anak laki-laki yang akan menjadi sebuah harapan dimasa depan dengan peran yang dimilikinya. secara bertahap aku belajar cara berjalan, berbicara, dan belajar merasakan dimana harus tertawa ketika ada yang memberikan sebuah funny face atau candaan, dan menangis ketika tidak ada yang memperhatikan. Seorang Pria luar biasa (Ayah) memberikan nama padanya  dengan panggilan Sadam Mubarok, yang artinya sebuah keberkahan. bersama nama itu aku terus bertumbuh dan berkembang melewati masa demi masa yang harus aku hadapi, proses pembelajaran yang terus kujalani sehingga nanti kelak menjadi anak yang pantas untuk dijadikan pemeran utama dalam drama kehidupan nyata.

Inilah aku pria yang harus memiliki peran dan tanggung jawab disetiap level yang harus dilewatinya, menyatakan bahwa aku ini berbeda dari caraku, rencanaku, dan impianku semuanya. berlari dan mengejar semuanya berhenti ketika merasa lelah dan mencari tempat untuk beristirahat *homesweethome*
adakalanya lupakan sejenak tentang sebuah ambisi dan renungkan hingga takdir bisa diciptakan oleh diri sendiri, masa lalu bisa berubah kenapa masa depan tidak bisa. 
melawan diri sendirilah yang paling sulit, kuasai kehidupan ini jangan sampai kehidupan yang menguasainya, aku dan kalian adalah manusia biasa tidak bisa merubah dunia semau apa yang bisa dilakukan oleh tuhan. ketika harus bersanding kembali kedunia baru dan mengikuti arus perubahan tersebut, aku selalu membuat perbedaan yang baru agar perubahan tersebut tidak bisa merubah apa yang sudah aku pegang tetap kosisten pada sebuah pendirian. 

Melakukan kesalahan ? sudah biasa aku lakukan yang terpenting aku harus tetap berpikir dan merencakan sebuah tanggung jawab untuk menyelesaikan masalah yang sudah aku mulai dan itu harus aku selesaikan. 
pada dasarnya selesai kan apa yang harus diselesaikan ! aku tidak pernah berlari, tak pernah berniat untuk menjadi seorang pecundang karna takut akan kesia-siaan, tapi apa yang sudah aku bilang tadi tetap berpikir dan merencanakan dan menjalankannya, peran seoarang pria yang bertanggung jawab walaupun terus kuperbaiki sedikit-sedikit dari peranku ini.

Kunyanyikan lagu ini >>>

Rabu, 12 Agustus 2015

Terjatuh, kusam, dan menyedihkan !


Terdiam tubuh ini ketika melihat sudut jalan yang gelap, kusam, dan menyeramkan. Kaki ini berjalan perlahan melangkah munuju tempat itu seakan hati berbisik “singgahlah disana lihaltlah sisi kegelapan dihatimu  jadikanlah tempat itu menjadi terang, bersih, dan nyaman untuk disinggahi kembali. 
Seperti itulah analogi apa yang sekarang aku alami, melawan diri sendiri, berjalan tanpa alas, berpikir tanpa akal, dan ketakutan tanpa keberanian.  Jeritan teriakan yang semakin memuncak karna penyesalan, merubah srigala yang ada dalam diri ini menjadi jinak, aku terus melawan dan bertahan tanpa  menyerang. menyerah aku, terjatuh aku, kegelapan yang kelam telah memaksaku terbuang dari sisi kehidupan yang menyenangkan. 

Pagi tetap gelap bagiku, matahari seakan tak ingin menyinari tubuh yang penuh dengan noda-noda kotor ini. Meminta kata demi kata, mencari makna demi makna, menempuh jalan demi jalan, walaupun itu bisa membuatku bangkit dari semua penyiksaan ini, tidak semudah mereka berkata, tidak semudah mereka mencari jalan kemana aku harus pergi, siapa yang mampu mengembalikan jalan terangku kembali, dan kapan aku akan mati. 

Kesendirian, kesedihan, dan kegelisahan ini akan terus bersanding disisi kegelapan hati, mengaharapkan belaskasih, mencoba melawan, mendobrak semua ketakutan sudah kulakukan. Seperti sakit yang tak bisa disembuhkan, dan seperti dendam yang tak bisa dimaafkan. Merelakan apa yang sudah hilang, melepaskan kesakitan yang teramat dalam, dan membuang semua hikayat yang sudah aku buat. 
Tak lama aku sendiri, tak sadar dengan apa yg telah terjadi, bayang ilusi menghanyutkanku kedalam kesedihan, semakin buta mata ini, semakin mati rasa ini, aku hanya bisa mengeluarkan air mata yang sia-sia aku buang. Kupandangi lantai yang kotor penuh debu, berkarat, semakin ternoda aku olehnya, lelah rasanya menjerit tanpa suara, terusir rasanya ketika tak ada seorangpun yang ingin mendekat. 

Aku terjatuh, , ternoda, tertipu oleh dunia fana, menyesatkan dan memaksaku berdiam ditempat yang menyeramkan untuk melawan semua ketakutan, menundukan kepala dan meneteskan air mata ditempat itu, menahan bisikan-bisikan dari dunia khayalan. Meringis kesakitan, begitu sesak didada haruskah aku menyerah dan mati ditempat seperti ini, terkurung dalam diriku sendiri, kekuatan hatipun terasa mati tak berdaya. Keluarkan aku, selamatkan aku, sembukan aku, dan kembalikan diriku yg sebenarnya.
“SUMPAHKU” – Berbuat dengan jiwa, berjalan dengan keberanian, berpikir dengan hati, bawalah aku kedalam sanubari yg suci dimana tempatku berada. Kembalikan jiwaku yang hilang, berkorban hanya untuk kebaikan, mengalah karna tak ingin menyesal, dan bersabar karna tak ingin salah mengambil keputusan.